Saturday, August 27, 2011

Perjalanan Ramadan #14 - Seri Masjid Darul Hakim

There's no God but Allah, Muhammad is His Messenger
Saat ini guys, kita udah menjejakkan kaki di Jl. Pembebas dari Api Neraka, memasuki malam yang ke 28 ini ku udah ada di kampung halaman sendiri alias udah mudik sekitar tiga hari yang lalu, di sini ga ada yang bisa ku share tentang ceramah tarawih karena di masjid Darul Hakim ini gak ada penceramahnya, sholat tarawih and witir 23 rekaat, meskipun 23 rekaat gerakan sholatnya ga terlalu buru-buru kok, setiap harinya imam di masjid ini adalah orang yang sama, beliau adalah KH. Mahfudz Shiddiq yang udah berusia lanjut tetapi tetap di daulat untuk jadi imam dalam kebanyakan moment.
In the end of Ramadan ini yang terasa beda dengan di Jogja adalah fenomena thethek dan poyah. Sebenarnya poyah dan thethek di mulai sejak awal Ramadan, cuma ku baru bisa ngerasainnya di akhir Ramadan, kan baru mudik hehe.. Kalo poyah sih kata lain dari petasan atau mercon basa Jogjanya, biasanya poyah di nyalakan sesudah buka puasa sampai subuh pun masih sah-sah aja nyalain poyah. Sementara thethek adalah memukul-mukul alat musik mulai dari kentongan dari bambu, gambang sampai jerigen dipukul sesuai irama sambil berkelompok dan berkeliling kampung, tujuannya adalah untuk membangunkan orang-orang buat makan sahur, tapi terkadang baru jam satu dini hari mereka udah berpatroli jadi agak mengganggu orang yang baru tidur. Biasanya thethek dilakukan oleh anak-anak SD sampai SMA kadang juga ada orang dewasa yang ikut berpartisipasi.
Di masjid Darul Hakim ini di akhir Ramadan suasana sholat tarawih tergolong sepi, mungkin karena masjid yang lumayan besar diisi cuma beberapa shof saja, kemungkinan orang-orang banyak yang tarawih di pondok-pondok dekat rumah, ada juga yang sibuk mempersiapkan kebutuhan lebaran dengan bershopping ria. Satu lagi yang beda dengan di Jogja adalah pada malam-malam ganjil di sepuluh hari yang terakhir diadakan sholat tasbih berjamaah yang dilaksanakan pada pukul 00.30 sampai selesai. Anehnya, jamaah sholat tasbih jauh lebih banyak dibanding sholat tarawih, masjid hampir full, ini disinyalir ga semua pondok melaksanakan sholat tasbih dan jamaahnya lari ke masjid ini, Alhamdulillah selain masjid jadi makmur juga ikut menyemarakkan malam untuk mencari Lailatul Qodar.
Nah, sekian dulu guys sekelumit kisah dari aktifitas Ramadan dari kota ‘Bumi Kelahiran Kartini’.


No comments:

Post a Comment